Wellnessantara. Musim kemarau yang beranjak pergi membawa kejutan manis di Taman Embung Sendangtirto, Berbah, Sleman. Ratusan pohon tabebuya sedang bermekaran, menghadirkan hamparan bunga putih dan merah jambu yang menyerupai sakura Jepang. Panorama ini membuat banyak pengunjung serasa diajak berjalan di taman musim semi, meski sejatinya mereka berpijak di tanah tropis Indonesia.
8

Fenomena tabebuya selalu memantik rasa takjub. Video keindahannya bahkan kerap viral di media sosial. Namun di balik kecantikannya, tabebuya menyimpan pelajaran tentang keterhubungan lintas benua. Berasal dari Amerika Selatan, terutama Brazil, pohon ini dapat tumbuh subur di tanah Nusantara karena kesamaan iklim tropis. Seakan ingin mengajarkan bahwa kehidupan bisa beradaptasi di mana pun, selama kita mampu menyatu dengan alam.
Filosofi Tabebuya: Keindahan yang Singkat tapi Bermakna
Tanaman tabebuya kerap disamakan dengan sakura, meski keduanya berasal dari keluarga berbeda. Sakura termasuk Rosaceae, sementara tabebuya masuk Bignoniaceae. Jika sakura tumbuh di negeri empat musim, tabebuya justru mekar di tanah tropis saat kemarau berakhir.
Daunnya rontok, lalu bermekaran penuh bunga seakan memberi pesan: dalam kehilangan, selalu ada harapan yang lahir. Mekarnya hanya 3–4 hari, namun justru dalam keterbatasan itulah kita belajar menghargai momen. Tabebuya mengingatkan manusia bahwa keindahan hidup sering hadir singkat, dan karenanya patut disyukuri.
Edukasi Lingkungan: Lokalitas yang Perlu Dijaga
Meski indah, tabebuya sejatinya bukan tanaman asli Indonesia. perlunya alternatif lokal yang tak kalah estetis, seperti flamboyan, bougenville, kamboja, melati, atau kemuning. Bahkan pohon-pohon filosofis di Yogyakarta—seperti beringin di Alun-alun atau kepel dan gayam di jalur sumbu filosofi—juga menyimpan nilai budaya yang mendalam meski tidak berbunga lebat.
Pesan ini penting: wisata tidak hanya tentang keindahan visual, tetapi juga kesadaran ekologis. Apa yang kita tanam hari ini akan menjadi warisan bagi generasi berikutnya.
Tabebuya sebagai Ikon Wellness di Sendangtirto
Sejak diresmikan pada 2020, Taman Embung Sendangtirto telah menjadi ruang hijau sekaligus sumber ketenangan. Dari ratusan tabebuya yang ditanam di lahan 11.548 m² ini, kini bunga-bunga mulai menjelma ikon baru. Sayangnya, masyarakat sekitar belum banyak yang mengetahui bahwa tempat ini menyimpan pesona luar biasa.
Taman embung bukan sekadar destinasi wisata. Ia adalah ruang wellness alami—tempat jiwa beristirahat, pikiran disegarkan, dan hati belajar dari kebijaksanaan alam. Tabebuya di sini hadir sebagai metafora perjalanan hidup: mekar dengan indah meski sebentar, namun meninggalkan kesan yang lama.
Maka, ketika berkunjung ke Taman Embung Sendangtirto, jangan hanya memandang tabebuya sebagai bunga mirip sakura. Rasakan energi lembutnya, resapi filosofi yang terkandung, dan biarkan diri Anda pulang dengan hati yang lebih ringan.