Yogyakarta, Wellnessantara – Menjelang peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia, Kota Gudeg dipenuhi semangat persatuan. Sebanyak 625 relawan dari berbagai komunitas menggelar Safari Dakwah LIR-ILIR Festival 2025, yang berlangsung 15–17 Agustus dan diperkirakan dihadiri lebih dari 10 ribu jamaah dari berbagai daerah.
Rangkaian acara dimulai pada 16 Agustus dengan shalat Subuh berjamaah bersama Wali Kota dan Wakil Wali Kota Yogyakarta di Masjid Diponegoro, kompleks Balai Kota. Puncak LIR-ILIR Festival dihelat di Jogja Expo Center (JEC) selama dua hari, menghadirkan kajian akbar, expo kuliner halal, fashion islami, lembaga dakwah dan pendidikan, jalan sehat, hingga konser musik Islami.

Sejumlah ulama dan tokoh populer dijadwalkan hadir, di antaranya Ustadz Abdul Somad, KH. Luqmanul Hakim, Habib bin Anies, Ustadz Salim A Fillah, Ustadz Faizar, dan Hyung Hammad. Hiburan Islami juga diwarnai konser Opick dan penampilan Yogya Karta Hadroh Clan (YKHC).
Ketua Panitia, Akhid Subiyanto, mengungkapkan bahwa seluruh persiapan dilakukan penuh keikhlasan selama empat bulan. “Relawan tidak pernah bertanya apa yang akan didapat, tapi apa yang bisa mereka berikan,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan oleh Mar’atus Solehah, Koordinator Konsumsi, yang menegaskan semua pihak hadir dengan niat ibadah. “Semua berkumpul hanya dengan satu niat, yaitu kembali kepada Allah, untuk berkhidmat,” katanya.
Dari sisi pendanaan, Rita Iffara selaku relawan sponsorship menyebutkan bahwa semua panitia bekerja tanpa bayaran. “Tidak semua dibayar dengan uang. Kebahagiaan bisa hadir lewat keikhlasan,” ungkapnya.
Selain kegiatan dakwah, LIR-ILIR Festival juga menyediakan kids corner, ratusan booth kuliner, kosmetik, fashion, hingga aneka lomba. Tiket masuk dibanderol mulai Rp10.000 dan dapat dipesan daring melalui s.id/daftarlirilir.
Bagi Ustadz Salim A Fillah, suasana dakwah di Jogja selalu memberikan kesan mendalam. “Dalam event ini tidak ada logo, tidak ada nama organisasi, semua menyatu dengan satu identitas: seorang muslim,” ujarnya.
LIR-ILIR tidak sekadar pengajian, melainkan momentum persatuan umat. Ribuan jamaah dan ratusan relawan membuktikan bahwa ukhuwah mampu meruntuhkan sekat perbedaan di Yogyakarta.