Menu

Mode Gelap
Semangat “Greget Rumaket Sinudarsana” Warnai Pembekalan dan Penjurian Dimas Diajeng Jogja 2025 Yoga dan Meditasi “Harmoni Alam dan Jiwa” di Candi Ijo: Menyatu dengan Spiritualitas, Alam, dan Budaya Saat Asma’ul Husna Menyapa Jiwa: Transformasi Spiritual di Golden Shift Masterclass Yogyakarta Seminar GSM: Membuka Cahaya Transformasi Diri Lahir Batin Menuju Hidup Penuh Kedamaian Merdeka Cup 2025: Pacuan Kuda Berpanorama Samudera Hindia, Pesona Sport Tourism Pangandaran Borobudur Menggeliat: Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya Jadi Energi Baru

Headline

Integrated Eco Management di Yogyakarta: Wisata Berkelanjutan yang Edukatif dan Ramah Lingkungan

badge-check


					Integrated Eco Management di Yogyakarta tawarkan wisata berkelanjutan yang memadukan edukasi lingkungan, inovasi, dan kearifan lokal. Foto: Istimewa Perbesar

Integrated Eco Management di Yogyakarta tawarkan wisata berkelanjutan yang memadukan edukasi lingkungan, inovasi, dan kearifan lokal. Foto: Istimewa

Yogyakarta, wellnessantara — Pariwisata di Yogyakarta kini bergerak menuju arah yang lebih berkelanjutan melalui penerapan konsep Integrated Eco Management atau manajemen ekosistem terpadu. Salah satu tokoh yang menggerakkan inisiatif ini adalah Agus Budi Rachmanto, Sekretaris Umum DPD Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) DIY.

Penerapan konsep ini terlihat jelas di Desa Wisata Krebet, Pajangan, Kabupaten Bantul. Dengan sistem zonasi, area wisata dibagi menjadi beberapa bagian seperti zona pengelolaan sampah, zona edukasi pengolahan air, dan zona taman bunga. “Pendekatan ini menghemat energi dan menciptakan alur wisata yang terintegrasi,” jelas Agus.

Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah pengolahan sampah organik menjadi kompos berkualitas menggunakan larva Black Soldier Fly. Produk akhir dari proses ini berupa pupuk dan pakan ikan yang dikemas secara unik, lalu dijual sebagai souvenir edukatif untuk pengunjung.

Foto: Istimewa

Lebih dari sekadar solusi teknis, Agus menekankan pentingnya membangun kesadaran sejak dini. Program ini melibatkan edukasi langsung kepada masyarakat, khususnya anak-anak, untuk peduli pada lingkungan. “Pengolahan sampah bukan hanya persoalan teknis, tapi soal kesadaran yang harus dimulai dari diri sendiri,” tegasnya.

Ia juga mengkritisi rendahnya disiplin masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya. “Masih banyak tumpukan sampah di kota-kota. Ini tanda budaya kita belum sepenuhnya sadar lingkungan,” ujarnya.

Agus bahkan mengaitkan upaya ini dengan falsafah Jawa: resik awakmu, resik omahmu, resik kampungmu—bersih diri, rumah, dan kampung sebagai cermin kesadaran yang lebih luas.

Harapannya, program Integrated Eco Management dapat berkembang dan diadopsi oleh komunitas lain melalui kolaborasi terbuka. “Kami ajak siapa saja untuk belajar. Semakin banyak yang tahu, semakin besar dampaknya,” pungkasnya.

Dengan memadukan teknologi, edukasi, dan kearifan lokal, Yogyakarta menunjukkan bahwa pariwisata bisa menjadi motor perubahan menuju lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Taman Embung Sendangtirto Tumbuh Bunga Mekar Tambebuya Filosofi Kehidupan Keindahan Alam

26 September 2025 - 23:09 WIB

Andong Warisan Transpotasi Tempo DuluYang Menjadi Ruang Wellness di Kota Yogyakarta

25 September 2025 - 15:51 WIB

Semangat “Greget Rumaket Sinudarsana” Warnai Pembekalan dan Penjurian Dimas Diajeng Jogja 2025

24 September 2025 - 06:03 WIB

Wonderful Indonesia Wellness 2025 Merawat Dunia Memulihkan Jiwa

18 September 2025 - 10:05 WIB

Tradisi Sedekah Bumi Wanujoyo Lakon Kersna Duta, Harmoni Alam,Dan Wellness Kultural

16 September 2025 - 15:58 WIB

Trending di Pariwisata & Desa Wisata