Wellnessantara. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, suara tembang Macapat kembali bergaung dari Pendhapa Sri Manganti, Kagungan Dalem Kraton Yogyakarta, setiap Jumat sore. Bukan sekadar alunan nada, Macapat adalah napas leluhur yang terus hidup, mengajarkan keseimbangan jiwa, harmoni dengan semesta, serta laku batin yang menenangkan.
Paguyuban Kridha Mardawa Kraton Yogyakarta menjadi penggerak utama kegiatan ini. Dengan semangat melestarikan warisan budaya, mereka membuka ruang bagi siapa saja untuk ikut melantunkan tembang—mulai dari anak-anak, pelajar, orang dewasa, hingga para sesepuh. Di bawah cahaya temaram pendhapa klasik, suasana menjadi sakral sekaligus hangat, menghadirkan pengalaman wellness yang menghubungkan tubuh, pikiran, dan jiwa.
“Macapat adalah salah satu jalur langit untuk puja mantra. Saya berharap tembang ini tidak sekadar lestari, tetapi benar-benar menjadi jalan hidup yang mengajarkan kita kembali pada keluhuran budi,” tutur Ki Ruby Narantaka, penggiat budaya yang setia hadir dalam acara tersebut.
Setiap bait dalam Macapat menyimpan petuah luhur: tentang tata krama, kesadaran spiritual, cinta pada tanah air, hingga relasi harmonis dengan Tuhan dan alam. Di balik syair sederhana, tersimpan filosofi dalam tentang perjalanan hidup manusia—dari kelahiran, perjuangan, hingga kembali pada asal mula.
Lebih dari sekadar seni vokal, Macapat menjadi sarana kontemplasi. Ia mengundang pendengar untuk berhenti sejenak, mengolah rasa, dan menata batin. Dalam perspektif wellness, tembang ini adalah meditasi budaya: membangun kesadaran diri, melembutkan hati, sekaligus memperkuat akar identitas.
Paguyuban Kridha Mardawa, dengan dukungan Kraton Yogyakarta, terus melakukan regenerasi agar Macapat tak berhenti sebagai tradisi, melainkan tumbuh sebagai jalan hidup. Pelatihan, pendampingan, dan pentas yang mereka lakukan adalah upaya menjaga kesinambungan—sebuah pesan bahwa kebijaksanaan leluhur tidak pernah usang, justru semakin relevan di tengah kegersangan spiritual zaman modern.
Setiap Jumat di Pendhapa Sri Manganti, tembang Macapat bukan hanya nostalgia budaya. Ia adalah ritual healing kolektif, sebuah perjalanan menuju keseimbangan hidup, di mana manusia, alam, dan Sang Pencipta kembali menyatu dalam harmoni.(R/Rja)