Wellnessantara. Yogyakarta, Di balik keceriaan dan kreativitas yang menyelimuti Griya Batik Patehan,, terselip pesan mendalam tentang warisan dan keberlanjutan. Acara “Sarong Fashion Hack: Chic & Stylish!” yang digelar Indonesian Fashion Chamber (IFC) bersama IFC Community bukan sekadar panggung mode, tetapi juga ruang penyadaran: bahwa sehelai sarung batik adalah benang penghubung antara tradisi leluhur dengan aspirasi generasi masa kini.:Jumat:03/10/2025

Hadir para desainer ternama Yogyakarta—Dewi Roesdji, Lanny Amborowati, Fariz Azhar, hingga Rony Billiardo Tinus—yang masing-masing membawa perspektif segar bagaimana sarung bisa bernapas baru. Diskusi ini dipandu Iffah M Dewi, Project Officer tutorial sarung IFC, yang dengan gaya cair, edukatif, dan hangat, menghadirkan pengalaman belajar yang lebih dari sekadar soal fesyen.Batik bukan hanya kain tradisi,” tegas Iffah.
Ia adalah simbol identitas, kreativitas, dan gaya hidup modern. Dengan pendekatan yang dekat dengan dunia remaja, batik bisa menjadi kebanggaan sekaligus inspirasi.”
Dukungan juga hadir dari Yuna Pantjawati, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, yang menekankan pentingnya menghidupkan batik melalui keterlibatan generasi muda. Sebab, keberlanjutan budaya tidak mungkin terjadi tanpa jiwa muda yang mau merawat sekaligus mengolahnya menjadi sesuatu yang relevan.
Momen paling membekas justru datang dari partisipasi puluhan siswa SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta dan SMP Negeri 16 Yogyakarta. Dengan penuh antusias, mereka bereksperimen memadupadankan sarung batik menjadi busana edgy, classy, sekaligus nyaman untuk keseharian. Dari tawa hingga ekspresi percaya diri saat berlenggak-lenggok, tergambar betapa kain batik yang dulu dianggap “jadul” kini menjelma bagian dari gaya hidup mereka.
Lebih dari sekadar peragaan, pengalaman ini menjadi proses penyembuhan identitas: generasi muda menemukan kembali akarnya, sekaligus merayakan kebebasan berkreasi. Batik bukan lagi beban warisan, melainkan energi baru yang menguatkan jati diri mereka.
Sarong Fashion Hack pun menegaskan peran JIBB 2025 sebagai ruang pertemuan antara tradisi dan inovasi. Dengan tema “Batik untuk Generasi Masa Kini”, JIBB tidak hanya memamerkan kain, tetapi juga menghadirkan perjalanan batik melalui program lintas generasi: Batik Goes to School & Campus, Seminar Batik International, Gebyar Batik, hingga Sepeda Berbatik.
Lewat rangkaian ini, pesan yang ingin ditegaskan sederhana namun kuat: batik bukan sekadar diwariskan, melainkan dihidupkan kembali dengan semangat baru. Dalam tangan generasi muda, sarung batik tidak hanya melekat di tubuh, tetapi juga merasuk ke dalam cara pandang mereka terhadap diri, budaya, dan masa depan.Tutup:Iffah