Wellnessantara – Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Hotel Loman menghadirkan sebuah perayaan batik dengan konsep berbeda. Tidak hanya sekadar pameran, melainkan pengalaman yang merangkul keindahan, ketenangan, dan kearifan lokal. Setiap kamar hotel dipenuhi karya batik yang dipadukan dengan nuansa wellness, sekaligus menyediakan ruang edukasi membatik langsung bagi para tamu, termasuk wisatawan mancanegara.
Founder sekaligus Managing Director Loman Park Hotel, Handono S. Putro, menegaskan bahwa batik bukan hanya kain bermotif indah, melainkan perjalanan panjang peradaban sekaligus refleksi kesadaran manusia.
“Sejak ditetapkan UNESCO pada tahun 2009, batik telah menjadi simbol eksistensi dan identitas. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana kita menghidupkannya dalam keseharian. Melalui ruang-ruang hotel ini, kami ingin batik bercerita, hadir di setiap kamar, sekaligus memberi pengalaman personal melalui proses membatik langsung,” ujarnya.Kamis:02/10/2025

Konsep Loman sendiri berakar pada filosofi Jawa. Kata loman berarti dermawan—sebuah ajaran untuk berbagi, melahirkan inovasi, sekaligus merawat spiritualitas. Filosofi itu kemudian dirumuskan Handono dalam prinsip NACIS:
N – Nature
Loman menjalankan operasional hotel dengan tanggung jawab terhadap lingkungan, termasuk penerapan gerakan 3R (reduce, reuse, recycle). Limbah kopi dan teh diolah kembali menjadi pengharum alami yang menenangkan.
A – Art
Loman memberikan ruang bagi seniman lokal maupun nasional untuk menampilkan karya, baik seni rupa, musik, maupun kesenian lainnya.
C – Culture
Sebagai hotel yang berada di jantung kota budaya Yogyakarta, Loman menjunjung tinggi nilai-nilai lokal, mulai dari arsitektur bangunan, prosesi penyambutan tamu, hingga standar pelayanan yang berlandaskan budaya Jawa.
I – Innovation
Loman Park terus berinovasi dan berkreasi secara berkesinambungan untuk menciptakan pengalaman baru bagi para tamu.
S – Spiritual
Semua aspek operasional hotel dijalankan dengan landasan spiritual, sebagai wujud rasa syukur dan upaya mendekatkan diri pada nilai-nilai keagamaan, sekaligus menumbuhkan keimanan setiap karyawan.
Selain menghadirkan pameran batik di kamar, Hotel Loman juga mengadakan kegiatan membatik bersama para seniman dari berbagai daerah, termasuk Jawa Timur. Para tamu hotel—yang 30% di antaranya wisatawan dari Eropa—diajak menyelami proses membatik sebagai bentuk meditasi kreatif. Hasil karya mereka tidak hanya menjadi cendera mata, tetapi juga menjadi jejak perjalanan batin, sebuah dialog personal antara manusia, budaya, dan alam.
Handono menegaskan bahwa Hari Batik bukan sekadar seremoni, melainkan momentum untuk menyadari bahwa batik adalah napas kehidupan yang menyatu dengan ruang, pengalaman, dan pariwisata.
“Batik hidup bersama kita, tumbuh bersama waktu, dan terus menjadi jembatan interaksi antarbudaya. Semoga melalui momentum ini, batik semakin dekat di hati, tidak hanya dipandang, tetapi juga dirasakan,”