Wellnessantara. Di lereng Ungaran Timur, Pinusia Park hadir sebagai ruang teduh di mana hening dan keindahan berpadu. Hamparan hutan pinus yang rapi, udara pegunungan yang jernih, dan cahaya mentari yang jatuh lembut di sela pepohonan seakan mengajak setiap pengunjung untuk berhenti sejenak—melepas rutinitas, merawat jiwa, dan merasakan kembali denyut kehidupan yang sejati.

Wellness journey di Pinusia Park bukan sekadar aktivitas wisata. Ia adalah perjalanan batin: ruang di mana tubuh boleh beristirahat, pikiran melambat, dan kesadaran menemukan rumahnya. Dalam keteduhan pinus, kita belajar bahwa keseimbangan tidak hanya terletak pada “libur dari kerja” atau “sehat dari sakit”. Lebih dari itu, keseimbangan adalah kemampuan menyatu dengan irama alam—melampaui dualitas yang kerap membelenggu kita.
Refleksi ini sejalan dengan pandangan Karmila, S.E., M.Ec., Kepala UPT Pengelolaan Taman Budaya Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan). Baginya, ruang budaya dan ruang alam sama-sama memiliki kekuatan untuk mengembalikan manusia pada jati diri. Taman Budaya dengan ekspresi seni, dan Pinusia Park dengan ekspresi alam, keduanya merupakan panggung penyadaran. Dua ruang yang tampak berbeda, namun sejatinya saling melengkapi: kebudayaan yang menajamkan rasa, dan alam yang menenangkan jiwa.Ujarnya:Jumat:12/09/2025
Maka pertanyaannya, apakah kita masih memandang pariwisata hanya sebagai hiburan sesaat? Ataukah kita berani melihatnya sebagai jalan transformasi diri—sebuah wellness tourism yang tidak berhenti pada tubuh yang segar, melainkan mengantar manusia kepada kesadaran yang lebih dalam
Pinusia Park mengajarkan bahwa dalam sunyi, kita justru menemukan suara terdalam. Dalam teduh pinus, kita menemukan diri yang utuh, tenang, dan selaras dengan semesta.Tutup:Kamila(Tyo)