Wellnessantara. Kota Yogyakarta melangkahnya sebagai pusat kreativitas dan kebudayaan dunia. Setelah ditetapkan sebagai World Batik City, kini lahir gagasan besar untuk menjadikan Jogja salah satu pusat fashion dunia. Sebuah gagasan yang bukan sekadar menghadirkan busana indah di panggung, tetapi juga menghidupkan denyut ekonomi, memberdayakan masyarakat, dan meneguhkan jati diri budaya bangsa.

Tazbir Abdulah, anggota tim Jogja Fashion Dunia, menekankan bahwa ide ini berangkat dari potensi besar yang sudah ada. “Jogja ini kan sudah menjadi kota batik dunia. Dari sisi batik saja kita punya kekuatan luar biasa: desainer banyak, pembatik banyak, inovasi melimpah. Tapi kalau hanya menjual batik sebagai kain biasa, nilai ekonominya terbatas. Yang kita dorong adalah transformasi: menjadikan batik dan busana lokal kita bagian dari fashion dunia, sehingga nilainya berlipat dan pergerakan ekonominya semakin luas,” ujarnya.
Karya Fashion Designer Lanny Amborowati
Budaya Sebagai Sumber Daya Utama
Jogja memang tidak memiliki tambang emas atau perkebunan raksasa. Namun, Jogja memiliki harta yang jauh lebih dalam: budaya. Dari batik, lurik, hingga ekoprint, setiap helai kain adalah narasi panjang tentang sejarah, kearifan lokal, dan kreativitas yang diwariskan lintas generasi.
“Kalau kita mampu menjadikan fashion Jogja bertaraf internasional, maka budaya kita tidak hanya dilestarikan, tapi juga diberdayakan. Di situlah ekonomi berbasis budaya bekerja. Kita tidak sekadar memproduksi, tetapi juga mencipta, mengolah, dan mengangkat nilai lokal ke level dunia,” Papar:Tazbir.
Integrasi dan Kolaborasi
Untuk mewujudkan visi besar ini, diperlukan langkah nyata. Menurut Tazbir, integrasi antarinstansi pemerintah dan kolaborasi dengan masyarakat adalah kunci. Dinas Pariwisata, Perdagangan, Perindustrian, hingga Kebudayaan harus menyatu dalam satu visi. Begitu pula desainer, pembatik, pengrajin lurik, hingga UMKM lokal harus bergerak bersama.
“Fashion dunia itu bukan sekadar soal panggung, tapi juga perdagangan. Ada dua arah yang harus ditempuh: pertama, merambah pasar internasional; kedua, menarik dunia datang ke Jogja. Jadi ini bukan kerja asal-asalan, tapi kerja serius yang terukur. Harus ada komitmen dari semua pihak, dan program yang jelas,”
Dari Jogja untuk Dunia
Fenomena Jogja Fashion Week yang hingga kini konsisten digelar menjadi bukti nyata bahwa Jogja memiliki daya saing nasional. Jika Jakarta punya Jakarta Fashion Week, maka Jogja hadir sebagai panggung yang memadukan wajah budaya dengan mode modern.
Ke depan, melalui inisiatif Jogja Fashion Dunia, even serupa bisa diperluas hingga ke kabupaten dan kota, menciptakan ekosistem mode yang merata dan inklusif.
Filosofi Busana: Doa yang Dikenakan
Dalam filosofi Jawa, busana tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh, tetapi juga sebagai doa dan harapan. Batik dengan motifnya menyimpan simbol-simbol kehidupan. Lurik dengan garisnya menyiratkan kesederhanaan dan keteguhan. Ekoprint menghadirkan harmoni antara manusia dan alam.
Ketika filosofi ini diolah dengan kreativitas modern, Jogja tidak hanya memproduksi pakaian. Jogja menenun cerita budaya yang bisa dipakai, dirasakan, dan dirayakan oleh dunia.
Menuju Gerbang Masa Depan
Tazbir menutup dengan keyakinan, langkah ini bukan sekadar mimpi. “Kalau kita serius, lima sampai sepuluh tahun ke depan Jogja bisa benar-benar menjadi pusat fashion dunia. Kuncinya adalah kerja bersama, terukur, dan selalu berlandaskan pada potensi budaya kita. Inilah jalan agar Jogja tidak hanya dikenal sebagai kota pelajar dan kota budaya, tetapi juga kota fashion dunia.”
Gagasan besar ini ibarat sehelai kain panjang. Benangnya adalah kreativitas, motifnya adalah budaya, dan warnanya adalah harapan. Ketika seluruh elemen bersatu, kain itu akan menjelma menjadi busana indah yang dikenakan dunia. Jogja, dengan segala kearifan dan potensinya, kini tengah menjahit jalannya menuju panggung global.
Yang lebih besar lagi penarik gerbong ekonominya adalah fashion pasti akan menggerakkan industri yang lain nya, tidak hanya busana, seperti kulit, perak atau seperti sepatu, tas,kalung, ikat pinggang, anting dan asesoris lainnya semua dimiliki Jogja.Tutup:Tazbir(Tyo)